
JOGJA, tiras.co – Festival Benang Merah 2019 diselenggarakan oleh LKiS (Lembaga Kajian Islam dan Sosial) yang bekerjasama dengan Puro Pakualaman, Kecamatan Pakualaman, MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia) DIY, Pemerintah DIY, Srikandi Lintas Iman serta Jaringan Komuitas yang berada di Yogyakarta.
Festival Benang Merah diselenggarakan di Alun-Alun Sewandanan Pakualaman dan Bangsal Kepatihan Yogyakarta yang berlangsung hari Sabtu dan Minggu, 22-23 Juni 2019 dan dimeriahkan dengan 25 stand yang terdiri dari stand komunitas, UMKM Pakualaman, UMKM Kabupaten/Kota se DIY, stand sponsor, dan stand workshop.
Festival ini bertujuan untuk mempersatukan dan merajut hati dari berbagai perbedaan serta keberagaman melalui dialog, ngobrol bareng, potensi budaya dari kab/kota di Yogyakarta, pentas seni dan budaya, lomba, dan workshop. Kegiatan ini ingin mendorong terwujudnya Yogyakarta sebagai salah satu daerah yang inklusi, mendorong terwujudnya Yogyakarta menjadi destinasi wisata dan budaya yang terkemuka di Asia Tenggara pada tahun 2025, serta menjadi salah satu pendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan yang melibatkan kelompok rentan.
Sementara Tri Noviana selaku wakil ketua Festival Benang Merah mengaku bahwa festival ini adalah tahun pertama, dan festival diadakan dengan tujuan untuk mampu menjadi wadah bagi masyarakat yang memiliki perbedaaan dengan menjadikan perbedaan tersebut sebagai kesatuan, seperti semboyan Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
“Saya tidak menyangka acara festival ini dapat sebesar ini dan selanjutnya kami akan mengadakan acara lagi untuk tahun berikutnya. Harapannya semoga semua orang dapat selalu bersama tanpa melihat adanya perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaaan tersebut menjadi kekayaan Indonesia. Chicilia Rosa Linda Keban, Mahasiswa ASMI Santa Maria Yogyakarta, Prodi Public Relations.
foto: antara