
JOGJA, tiras.co – Rabu (12/12/2018), jam di layar handphone menunjukkan pukul 12.25. Saya sedang ngobrol dengan Kepala Klinik Terapi Fisik Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Dr. Ali Satia Graha, M.Kes, di klinik yang terletak di Jalan Colombo, Yogyakarta.
Tiba-tiba seorang ibu diikuti seorang lelaki masuk. Petugas yang berada di meja resepsionis langsung memberitahu kalau sedang jam istirahat, dan klinik akan dibuka lagi pukul 13.00. “Tidak apa-apa, saya tunggu di sini saja,”kata ibu itu. “Maaf, bu, pintu klinik akan kami kunci dan buka lagi pukul 13.00. Ibu silakan tunggu di teras saja,” kata petugas klinik itu.
Itulah gambaran keseharian klinik yang memberi pelayanan terapi fisik untuk cedera ringan seperti nyeri otot, keseleo atau salah urat. Setiap hari, dari Senin-Jumat, mulai pukul 09.00 – 16.00 selesai ramai dikunjungi pasien baik dari kota Jogja dan sekitarnya hingga keluar kota. Pasien yang datang rela antre jauh sebelum klinik dibuka. Saat jam istirahat juga puluhan pasien rela antre di teras.
“Kalau hari Sabtu-Minggu dan libur nasional kami tutup. Pelayanan memang sampai pukul 16.00 tetapi pendafaran terakhir hanya sampai pukul 15.00. Kami tidak buka di tempat lain karena tidak SDM terbatas,” ujar Ali yang juga adalah staf pngajar UNY.
Metode terapi yang diterapkan di klinik adalah metode hasil penemuan Ali yang sedang mendapat Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) pada tahun 2013. “Ini hasil penelitian dan penemuan saya,” ujar Ali yang menyelesaikan studi S2 di Unpad Bandung da S3 di Universitas Negeri Surabaya.
Adapun metode yang digunakan adalah “ Massage Therapy Cedera Olahraga Metode Ali Satia Graha”. Saat pasien datang, maka yang pertama dilakukan, kata Ali, adalah relaksasi otot. Setelah itu traksi untuk melakukan penarikan sendi agar persendian kembali ke posisinya.
Hebatnya, dari 10 tenaga terapis di sini, tujuh diantaranya adalah sarjana lulusan S2, sedangkan tiga adalah lulusan S1. “Semua terapis adalah ahli yang memang mempunyai keahlihan terapi fisik yang diraih dari FIK,” kata Ali.
Terapi yang dilakukan di sini dibagi dalam beberapa item mulai dari jari, betis, paha, pinggang, pinggul, punggung, bahu sampai leher. “Jadi cedera ringan di bagian item itu yang kami lakukan terapinya,” kata Ali sambil menambahkan tarif per-item Rp 70 ribu.
Pelayanan terapi ini sebelumnya hanya dikhususkan kepada para atlet sebagai bentuk kerja sama dengan KONI DIY. “Itu pada tahun 1997. Tapi sejak tahun 2001 sudah kami buka untuk memberi pelayanan umum sebagai bentuk pengabdian UNY kepada masyarakat, ujar Ali menutup pembicaraan kami. soni