
SOLO, tiras.co – Tiga syarat utama harus dipenuhi generasi milenial, jika ingin menjadi pemimpin Indonesia di masa depan. Tiga syarat itu setia kepada Pancasila termasuk di dalamnya NKRI, cinta kepada bangsa dan negara, bebas dan bersih dari narkoba serta berbudaya Indonesia. Dari Kampus Benteng Pancasila Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, gerakan peduli milenial dimulai bersama-sama.
Demikian terungkap dalam konferensi pers bertajuk “Bersama Menyongsong Masa Depan Indonesia” di Auditorium UNS Surakarta, Senin (1/7/2019). Hadir dalam acara tersebut Kasgartap I/Jakarta Brigjen TNI Herianto Syahputra, Kepala Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Kota Surakarta AKBP Ridho Wahyudi, Direktur Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Aris Heru Utomo, pelestari budaya batik GKBRAA Paku Alam X, Rektor UNS Prof Dr Jamal Wiwoho SH, Mhum dan Wakil dari Pemkot Surakarta Nico Agus Putranto. Acara dimoderatori Alumnus PPSA XXI, AM Putut Prabantoro, yang sekaligus Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa).
Menurut Aris Heru Utomo, dengan PerPres No. 7 Tahun 2018, dibentuk BPIP, yang merupakan penyempurnaan dan revitalisasi organisasi Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) yang dibentuk pada Mei 2017. Tugas BPIP adalah menyemai nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada dimensi keyakinan, pengetahuan dan tindakan dengan semangat gotong royong, yang merupakan inti dari Pancasila.
BPIP disebutnya sangat mengapresiasi dan mendukung ide Brigjen TNI Herianto Syahputra, yang mengajak BPIP untuk menyiapkan calon pemimpin Indonesia di masa depan, dengan mendukung PSM Voca Erudita menjadi Duta Generasi Milenial. “Kita semua harus setia pada Pancasila sebagai falsafah hidup dan ideologi bangsa. Sangat tepat kita berangkat dari sini, karena UNS telah mendeklarasikan diri sebagai Kampus Benteng Pancasila dan sekaligus telah mengajarkan kembali mata kuliah Pancasila,” kata Aris Heru Utomo.
GKBRAA Paku Alam X menyampaikan, batik merupakan identitas bangsa dan kekayaan budaya bangsa. Hampir semua daerah di Indonesia memiliki corak batik tersendiri yang diangkat dari budya lokal. Maka, generasi milenial harus memahami bahwa melestarikan nilai-nilai luhur dan budaya bangsa merupakan syarat yang untuk menjadi pemimpin Indonesia di masa depan. “Saya memberikan batik yang saya desain sendiri untuk digunakan Paduan Suara Voca Erudita, agar kalian senantiasa mengingat Indonesia dan menjaga nama baik di dunia internasional,” harapnya. Batik yang diberikan bercorak Suryo Mularjo, yakni salah satu dari delapan nilai luhur dari ajaran Astabrata yang menjadi karakter pemimpin bangsa. “Saya melestarikan budaya dan nilai-nilai luhur para pemimpin jaman dulu melalui media batik,” katanya.
Permaisuri KGPAA Paku Alam X ini menegaskan, batik hanya salah satu dari sekian banyak budaya bangsa yang harus dilestarikan. Calon pemimpin Indonesia masa depan adalah mereka yang mampu berbudaya luhur Indonesia dan sekaligus mampu melestarikannya.
Sementara AKBP Ridho Wahyudi menegaskan bahwa acara pada hari itu merupakan momen yang tepat untuk peduli terhadap para calon pemimpin Indonesia di masa mendatang lebih serius. Para pemimpin negara dan bangsa Indonesia harus bebas dan bersih dari narkoba.
Menurutnya, acara ini sesuai dan merupakan respon positip atas pernyataan Presiden Joko Widodo yang menegaskan Indonesia darurat narkoba, dan Solo tepat dijadikan tempat awal kepedulian terhadap generasi milenial. Ini mengingat Solo merupakan peringkat kedua setelah Semarang yang jumlah pengguna narkoba terbanyak. Bahkan, Jawa Tengah menduduki peringkat kelima jumlah provinsi pengguna narkoba terbanyak.*/bambang sk