
JOGJA, tiras.co – Film Tengkorak karya sivitas akademika UGM Yogyakarta siap menghiasi bioskop layar lebar Indonesia pada pertengahan Oktober mendatang. Film yang proses pembuatannya memakan waktu lebih dari 4 tahun ini pernah mendapatkan nominasi best film untuk kategori science fiction fantasy and thriller dalam festival film Cinequest di Sanjose, California, Amerika Serikat.
Sutradara Yusron Fuadi mengharapkan film ini bisa menarik lebih banyak penonton untuk menikmati sebuah hiburan film karya anak bangsa yang berbeda dari biasanya.”Saya jamin suguhan film ini belum pernah Anda temukan sebelumnya di film-film Indonesia lainnya,” kata Yusron berpromosi.
Film ini lebih banyak menggunakan teknologi visual effect. Sedikitnya 127 visual effect yang digunakan dalam film ini tidak kalah bagusnya dengan visual effect dari film-film Hollywood.
Meski dengan biaya minim, kualitas pengarapan film ini banyak mendapat apresiasi dan penghargaan interasional. Setidaknya film ini diputar di tiga film festival tingkat Asia dan Internasional. “Tidak ada produser besar di belakang kami, tantangan terbesar di fiilm tidak ada artis dengan nama besar. Dengan teknologi visual effect seharusnya biayanya cukup besar apalagi melibatkan banyak pemain dan figuran, namun kita bisa tekan,” kata Yusron.
Proses pengambilan gambar film tersebut sebagian besar lokasinya di DIY, namuan ada beberapa lokasi yang diambi dil daerah Bandung, Jakarta, Gunung Bromo dan Singapura. “Bahkan kita mengambil gambar di sekitar lereng Merapi,” katanya.
Eksekutif Produser Wikan Sakarinto mengatakan, proses pembuatan film ini berawal dari ide dan gagasan Yusron. Ibarat gayung bersambut, gagsan tersebut diterima Wikan dengan membuat konsep film yang bergenre fiksi ilmiah, yang memang jarang diputar di bioskop tanah air. Namun tantangan selanjutnya adalah menghadarkan visual komponen visual effect tidak mudah, hingga akhirnya para kru bekerja dari nol untuk membuat visual effect yang bisa setara dengan film-film dari Amerika. “Kita terpaksa membeli komputer khusus untuk teknologi visual effect dan animator bekerja dari nol untuk belajar tentang ini dan bisa berhasil,” ucapnya bangga.
Wikan mensyukuri kemampuan tim yang mayoritas adalah dosen dan mahasiswa Sekolah Vokasi UGM. Dalam pengusaan teknologi visual effect menarik minat dari sineas tanah air untuk bekerja sama k menggrap film ini.
Film ini mengisahkan tentang temuan tengkorak raksasa yang menggemparkan seluruh masyarakat dunia. Tengkorak yang ditemukan di bukit sepanjang dua kilometer ini mengakibatkan banyak pihak ingin mengungkap keberadaan asal usul tengkorak tersebut yang dianggap mampu mengubah sejarah dunia. Namun hingga puluhan tahun, misteri tengkorak tersebut belum terpecahkan.
Hingga akhirnya, 18 tahun kemudian sejak ditemukan tengkorak itu, seorang mahasiswi bernama Eka yang diperankan oleh Eka Nusa Pertiwi, mendapatkan petunjuk awal asal keberadaan tengkorak raksasa tersebut. Eka pun akhirnya menjadi buruan banyak orang dengan kepentingan masing-masing hingga ia selalu dikejar kemanapun ia pergi. Bahkan ia menjadi target untuk dibunuh. Kendati begitu, Eka selalu mendapat pengawasan dan perlindungan dari sekelompok orang yang ingin menjaga data rahasia tersebut tidak jatuh kepada pihak tidak bertanggungjawab.
bambang sk